Selamat Datang di Blog Panduan Kebidanan dan Kesehatan Keluarga. Berbagai macam info dan tips mengenai kebidanan dan serba serbi kesehatan keluarga tersaji disini dan dikemas secara apik dan enak dibaca, cocok untuk dibaca mahasiswa kebidanan pada khususnya, dan wanita pada umumnya. semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
 

Selasa, 16 Oktober 2012

Cara Menyikapi Anak Puber

0 komentar
CARA CERDAS MENYIKAPI ANAK PUBER

Perubahan zaman saat ini menjadi tantangan bersama orang tua masa kini.  Kekhawatiran  sebagian besar orang tua terhadap masa depan anak-anak adalah sebuah gejala yang dapat menimbulkan kecemasan yang bersifat latent. Betapa tidak, anak-anak yang di rumah terlihat baik, pendiam, penurut ternyata di luar rumah mereka merokok dengan teman-temannya, terlibat aksi kekerasan, pacaran, drug abuse dan sebagainya.

Tantangan ini semakin berat dirasakan orang tua khususnya menghadapi anak-anak yang memasuki usia pubertas.  Perubahan-perubahan yang salah satunya ditandai dengan berubahnya emosi menuntut kerja keras orang tua dalam menerapkan pola asuh dan pola didik.

Beberapa keluhan sering disampaikan orang tua adalah seputar masalah ketertarikan terhadap lawan jenis dan perilaku melawan otoritas orang tua.  Masalah ini menimbulkan kebingungan-kebingungan orang tua dalam hal penyikapan. Suatu saat ada seorang ibu tanpa sengaja membaca sms di HP putranya yang masih SMP,  alangkah terkejutnya ibu itu mengetahui isi HP tersebut berisi kata-kata mesra, penuh rayuan dan berbau sex  yang tidak layak dari sang pengirim (anak perempuan).

Pada kesempatan yang berbeda, ibu yang lain juga tanpa sengaja membaca sms di HP putrinya, sang pengirim (teman putranya) mengajak kencan di sebuah taman dan meminta putrinya menanggalkan jilbabnya.  Kedua ibu tersebut sangat panik, mengingat selama ini putra dan putrinya adalah anak-anak yang sejak kecil terbiasa dengan aturan-aturan islami. Ketakutan akan pergaulan bebas, membuat para ibu bertindak protective dengan memperketat semua hal yang memungkinkan terjadinya interaksi lawan jenis tersebut, seperti; pelarangan pemakaian HP, memutus akses internet, pengawalan ketat kemanapun anak beraktivitas dll.

Perlu disadari oleh para orang tua bahwa penyikapan-penyikapan yang tidak tepat dapat berpotensi menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan justru menyebabkan anak-anak kelak mengalami kesulitan untuk keluar dari krisis pubertasnya. Efek dari krisis ini adalah terhambatnya proses pencarian identitas diri.

MEMAHAMI PUBERTAS

Pubertas merupakan masa transisi dan tahapan kritis yang dialami oleh anak-anak yang mengalami akil baligh.  Masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, yang melahirkan konsekuensi perubahan hormonal dan mempengaruhi kondisi psikologis dan emosi anak.  Dengan demikian secara fisik dapat kita lihat mereka seperti orang dewasa namun secara psikologis belum, karena kemampuan intelektual dan emosi sosialnya masih berproses menuju maturitas (kematangan).

Ketidakmatangan emosinya berakibat sering berubah – ubahnya mood, terkadang terkesan memberontak, tidak taat pada aturan, ingin mencoba sesuatu yang menantang, ingin menunjukkan eksistensi dirinya dan lainnya. Dengan begitu, seringkali masa ini diliputi konflik terutama dengan orang tua.

Terdapat dua issue utama pada remaja yang terkait dengan masa ini yaitu masalah individu dan seksualitas. Umumnya para remaja mulai “menarik diri” dari banyak nilai-nilai (values) yang selama ini didapatkannya. Pada tahun-tahun “rawan” ini para remaja cenderung mengambil nilai-nilai dari peer groupnya ( kelompok ) dan budaya pop yang melingkar disekitar hidupnya. Ia mulai enggan untuk bergabung dengan acara-acara keluarga dan malah lebih sering bergabung dengan teman-temannya.

Dalam hal seksualitas, mereka sudah memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Berkaitan dengan ini seringkali mereka tertarik dengan informasi-informasi baik berupa film, music, artikel, cerpen, novel, yang bertema percintaan. Pada masa ini, biasanya mereka mengalami perubahan dalam hal penampilan, baik dalam berpakaian maupun dandanan.  Dengan keadaan semacam ini, banyak orang tua tidak siap dan menganggap anaknya bermasalah.

Pemahaman mengenai pubertas ini  merupakan kurikulum yang wajib diketahui orang tua.  Bahwasannya usia pubertas dengan segala fenomenanya merupakan hal yang fitroh, yang tidak mungkin dikebiri melainkan perlu diarahkan. Dengan bekalan-bekalan ini, permasalahan- permasalahan seputar remaja dapat disikapi dengan pendekatan yang lebih  kooperatif dan humanis.

MENGUBAH POLA ASUH

Masa remaja berbeda dengan masa kanak-kanak ditinjau dari berbagai segi.  Dan efek yang timbul dari perbedaan ini adalah berubahnya pola asuh dan pola didik yang seharusnya diterapkan, (walaupun kebanyakan kita menganggapnya sama). Cara komunikasi, penetapan aturan, penyelesaian masalah, penguatan motivasi pada masa pubertas memiliki kekhasan tersendiri dan orang tua harus memiliki kecakapan untuk melakukan hal tersebut.

Berikut tips menghadapi masa pubertas:

    Menerima bahwa pubertas merupakan proses alami.  Tidak usah panik, misalnya ketika anak perempuan kita yang kelas 4 SD mendapatkan haid pertama.  Atau anak laki-laki kita mimpi basah.  Penerimaan yang baik dari orang tua mengantarkan anak-anak pada kedewasaaan dengan sempurna.
    Memberikan peran dan kepercayaan dalam keluarga. Ini yang memandu mereka pada pemahaman akan tanggung jawab sekaligus memberikan kepercayaan diri bahwa mereka dicintai.
    Jangan terkejut ketika menemui anak kita bereksperimen dengan banyak hal baru, yang kadang aneh-aneh. Misalnya, berlama-lama berdandan, kamarnya ganti suasana seperti toko poster, mencoba aneka peran, dan lain-lain.
    Menghargai pendapat mereka, antara lain dengan berusaha menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Pada masa ini, logika mereka semakin matang.
    Menjadi teman dekatnya, karena dengan demikian anak akan lebih mudah mengungkapkan isi hati dan problematikanya. Prinsipnya, lebih baik anak curhat ke orang tuanya, dari pada kepada teman, koran, internet dan yang lainnya.
    Mengenali lingkungan barunya. Salah satunya adalah mengetahui siapa teman-teman dekat anak kita. Tapi, perlu kehati-hatian, jangan sampai mereka merasa diawasi seperti polisi memelototi penjahat.
    Mengubah gaya kita, dari seorang penasehat yang cerewet menjadi pembimbing yang diidolakan. Tidak ada yang lebih dihargai oleh anak di usia puber selain sosok orang tua yang bijak tetapi tegas.
    Memperbanyak berdoa.  Karena banyak kemungkinan terjadi di sisi kehidupan anak, yang sering tidak bisa kita prediksi.  Jalan terbaik adalah mengharap bimbingan dari Allah yang menciptakan anak kita.

Wallahua’lam Bishawab

anandyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar